Semakin lama semakin erat ia menopang
Pada sebatang markisa yang sudah sekian tahun tak berbuah
Daun-daun duduk di atas ayunan tua itu
Bersimpuh menanti sesepuh badai
Yang akan menerbangkannya mencapai
Jendela rumah tua yang berdiri kokokh di depan matanya
Tak berpenghuni!
Seorang lelaki berjubah putih mengetuk pintu tua itu perlahan
Sepi. Kosong. Tak terdengar deritan pintu dibuka
Lelaki itu berjalan menuju ayunan. Duduk di sana.
Jari-jari kakinya menyentuh daun-daun kering
Menyepaknya hingga terbang ke teras tak beralas.
Jubahnya melambai-lambai di tiup badai yang menjemput kemudian.
Debu-debu menyibak wajahnya
Memutihkan rambut yang belum beruban.
Malam kian larut bersama rembulan terang purnama
Ayunan semakin berdenyut-denyut
Dan jantungnya pun berdetak bagitu kencang.
Mengayuh lautan yang berairkan debu-debu
Matanya memandang ke atap rumah tua itu. Berasap.
Lelaki berjubah itu tertidur di dalam ayunan.
Berderit!
Kos sumpek, 2004
2 komentar
Mantap puisinya...
Makasih ya. Mari baca2 yang lain :)