Setiap sudut kota seharusnya mempunyai fungsi tersendiri!
Saya
selalu merasa kurang nyaman begitu melihat salah satu sudut kota yang semak dan
tak terurus. Jika dipantau ke sekeliling tempat yang dimaksud, bangunan megah bisa
saja berdiri dengan kokoh, bahkan terdapat jalan teraspal yang melingkari
tempat berbelukar ini. Pertanyaan yang muncul kemudian, mengapa sudut kota ini
dianaktirikan?
Kota
yang baik adalah tempat yang nyaman bagi seluruh penghuninya. Setiap manusia tak
lain adalah individu yang konsumtif. Dari segi ekonomi jelas sekali setiap individu
membutuhkan sesuatu yang segar dan baru semisal pakaian, alat komunikasi dan
lain-lain. Namun, sifat konsumtif tersebut tidak semuanya berlaku secara
ekonomi saja. Kebutuhan akan udara segar, tempat yang sejuk, pikiran yang nyaman,
hati yang tentram justru masuk ke dalam bagian konsumtif tersirat yang sangat
dibutuhkan oleh semua orang.
Menciptakan
kondisi konsumtif yang berhubungan dengan perasaan tidak mudah di tengah
gempuran gedung-gedung pencakar langit. Udara segar tidak lagi bisa didapat
saat knalpot kendaraan tak pernah henti. Ketenangan hidup terabaikan saat suara
bising merajalela. Tempat yang sejuk tidak teridentifikasikan lagi saat
pohon-pohon ditebang sesuka hati. Pola pikir tidak lagi jernih ketika asap
maupun debu memerihkan mata dan menyesakkan dada.
Saya
– kita – butuh tempat mengekspresikan diri dari segala kemungkinan. Kebutuhan
yang beragam mesti disalurkan pada tempat yang sesuai. Kebutuhan tempat ini
diperlukan untuk bersantai, berolahraga, mencari inspirasi, berdiskusi,
mengenang sejarah, beribadah maupun lain-lain. Tempat tersebut adalah ruang
publik yang menarik dari letak maupun gaya pembangunannya. Kata publik mengacu
pada tindakan cuma-cuma atau tidak memerlukan biaya untuk mengaksesnya, dan
bisa diakses oleh siapa saja tanpa memandang gender maupun usia. Kata menarik
memang sangat sulit diartikan karena berkaitan dengan kemauan individu secara
personal. Kata menarik lebih kepada rasa betah atau tidaknya seseorang saat berada
di ruang publik yang telah diciptakan di sebuah kota. Ruang publik begitu
penting bagi kelangsungan kehidupan sosial dan budaya. Kebutuhan sosial terjadi
saat interaksi antar sesama individu yang saling membutuhkan. Kebutuhan budaya
terjadi ketika ruang publik menyuguhkan informasi mengenai kota mulai dari
sejarah sampai peradabannya.
Kebutuhan
akan adanya ruang publik tertuang dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang. Ruang publik dimaksud dapat berupa Ruang Terbuka Hijau atau
Ruang Terbuka Non Hijau. Ruang terbuka hijau berupa taman-taman atau sejenisnya,
sedangkan ruang terbuka non hijau berupa bangunan-bangunan penting yang
berkenaan dengan sejarah maupun kebiasaan masyarakat kota. Pemerintah mengatur
mengenai ruang publik karena di sana kebutuhan alamiah mengalir deras. Udara
segar tentu tidak akan didapatkan di dalam gedung bertingkat. Dinginnya alam
berbeda dengan dingin di ruang berpendingin ruangan. Arena olahraga di dalam
gedung tidaklah sama dengan di lapangan. Pemandangan di tempat terbuka tentu
lebih menyegarkan mata dibandingkan di ruangan tertutup, walaupun telah dihiasi
dengan wallpaper indah maupun bunga hidup yang diganti setiap hari.
Siahaan
menjelaskan bahwa ruang publik yang ideal setidaknya menjawab hal mengenai gambaran
umum dan identitas suatu kota, aktivitas dan destinasi menarik di dalam kota,
ketenangan, fleksibel, tata bangunan yang menarik minat, dan kemudahan akses. Pendapat
ini membenarkan kedudukan ruang publik di tengah-tengah masyarakat yang butuh
informasi lebih mengenai sejarah dan kebudayaan suatu daerah. Ruang publik yang
terdapat di suatu kota tidak hanya dijejaki oleh masyarakat sekitar saja tetapi
wisawatan. Wisatawan justru menjadikan ruang publik sebagai tempat paling
menggiurkan untuk dikunjungi. Individu yang konsumtif sangat membutuhkan ruang
sebagai arena melampiaskan keingintahuan mereka.
Saya
memang belum menikmati ruang publik semenarik Kota Tua di Jakarta atau kawasan
Dago di Bandung. Ruang publik yang saya nikmati berulang kali ada di Banda Aceh
saja. Bagi saya, kehadiran ruang publik di kota ini cukup menarik minat karena
mengandung unsur agama, sejarah, budaya, kesehatan, dan ekonomi. Proporsi ruang
publik di Banda Aceh cukup tepat sasaran karena memiliki peran masing-masing.
Masjid Raya Baiturrahman
Saya
memasukkan Masjid Raya Baiturrahman ke dalam ruang publik karena siapapun itu
bisa mengakses masjid bersejarah ini. Masjid Raya Baiturrahman selalu saja dipenuhi
beragam ras tiap waktu, kecuali malam hari. Setiap pengunjung yang datang ke
sini tidak hanya menunaikan ibadah saja melainkan bersantai di halaman
berumput. Pengunjung bebas mengabadikan foto dari berbagai sisi masjid ini
secara gratis. Aturannya hanya satu, mengenakan pakaian sopan jika memasuki
area rumah ibadah ini.
![]() |
Masjid Raya Baiturrahman termasuk dalam ruang publik yang ramai dikunjungi orang tiap waktu - Photo by Bai Ruindra |
Museum Tsunami Aceh
Tempat
ini termasuk ruang publik yang tak bisa diabaikan begitu saja di Aceh. Bangunan
yang dirancang oleh Ridwan Kamil termasuk salah satu bangunan termegah dan
memuat saksi bisu tsunami. Pengunjung bebas mengakses informasi di dalam Museum
Tsunami secara gratis. Pengunjung juga bebas bersantai di halaman, di dalam
museum maupun di pelataran sambil menikmati air mengalir dan ikan-ikan
berkejaran dari dalam kolam.
![]() |
Kemewahan Museum Tsunami Aceh rancangan Ridwan Kamil termasuk ruang publik yang layak dikunjungi secara gratis - glory-travel.com |
![]() |
Salah satu bukti keganasan tsunami Aceh - Photo by Bai Ruindra |
Kapal Apung
Satu-satunya
ruang publik yang diciptakan secara tidak sengaja dan karena musibah adalah Kapal
Apung atau PLTD Apung di Punge, Banda Aceh. Kapal Apung ini termasuk ruang
publik yang begitu menarik untuk dikunjungi. Tidak hanya kapal yang terletak di
antara pemukiman penduduk saja yang bisa dinikmati, taman-taman yang dibangun
di halaman kapal ini justru menyejukkan mata dengan bunga warna-warni. Dari
atas Kapal Apung kita bisa menikmati padatnya pemukiman penduduk di sekitar.
![]() |
PLTD Apung merupakan saksi tsunami yang merupakan ruang publik yang telah menjadi museum "pelayaran" di Aceh dan bisa dikunjungi tiap hari sesuai waktu yang telah ditentukan - hikayatbanda.com |
Hutan Kota
Salah
satu ruang publik yang ramah lingkungan di Banda Aceh adalah Hutan Kota yang
terletak di Tibang. Hutan Kota yang dibangun berkat kerjasama dengan salah satu
bank swasta menjawab tantangan mengenai kebutuhan udara segar di tengah perkotaan.
Selain bunga-bunga yang selalu dibiarkan mekar, pohon-pohon lain selalu dijaga
untuk tetap asri. Penghijauan di Hutan Kota sangat bagus untuk pernapasan dan
bisa menenangkan pikiran dikala kalut. Angin sepoi-sepoi di antara pemandangan
sejuk membuat tempat ini cocok sebagai bagian dari mencari inspirasi.
![]() |
Jempatan di Hutan Kota BNI Banda Aceh yang menjadi favorit di kalangan mahasiswa karena tempat ini gratis dikunjungi sesuai waktu yang berlaku - Photo by Bai Ruindra |
![]() |
Bunga yang ditanam di Hutan Kota BNI menambah sejuk ruang publik ini - Photo by Bai Ruindra |
Lapangan Blang Padang
Ingat
olahraga, Lapangan Blang Padang jawabannya. Tidak hanya untuk berolahraga saja
di lapangan ini, sejarah kelam tsunami dan perang di negeri kita juga menjadi
saksi bisu di sana. Lapangan Blang Padang telah disulap menjadi bagian
terpenting dalam ruang publik di Banda Aceh. Arena olahraga terdiri dari
lapangan luas untuk bermain bola kaki, serta arena lari yang melukiskan
nama-nama negara yang telah membantu Aceh kala tsunami. Di lapangan ini masih
berdiri dengan kokoh monumen pesawat Dakota Seulawah RI-001 yang merupakan
sumbangan masyarakat Aceh kepada Indonesia masa lalu.
![]() |
Arena lari di Lapangan Blang Padang Banda Aceh yang mengukir nama-nama negara yang telah terlibat membantu Aceh semasa tsunami 2014 - maythiaputri.blogspot.com |
Pesawat pertama Indonesia Seulawah RI-001 yang "terbengkalai" di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh - wikipedia.org |
Warung Kopi
Salah
satu ruang publik berjiwa ekonomi adalah warung kopi. Kenapa saya masukkan ke
dalam artikel ini, karena Anda belum sah ke Aceh jika belum duduk di warung
kopi!
Barangkali
saya terlalu berlebihan mengenai ini, tetapi benarlah itu wajib. Selain
citarasa kopi Aceh yang khas, duduk di warung kopi di Banda Aceh saat ini
memiliki kesenangan tersendiri. Apalagi kalau bukan internet gratis. Cukup
bayar secangkir kopi saja, saya bisa duduk di warung kopi dari pagi sampai
malam bahkan sampai paginya lagi jika buka 24 jam. Dengan modal secangkir kopi,
saya bisa akses internet sepuasnya dari laptop, smartphone atau tablet
sekaligus. Saya pun bisa mengisi daya laptop, smartphone atau tablet
tanpa biaya tambahan.
Warung
kopi termasuk ruang publik yang tiada matinya di Banda Aceh (Aceh pada
umumnya). Dari warung kopi – modal secangkir kopi – muncul ide-ide tentang masa
depan; membangun organisasi, tukar pendapat mengenai tata cara mendirikan usaha,
pertemuan jodoh, bahkan menyelesaikan tugas akhir kuliah. Ruang publik yang
satu ini juga mudah diakses saking banyaknya dan sebagian malah buka 24 jam.
![]() |
Warung kopi bagian terpenting dari ruang publik di Aceh karena beragam aktivitas dimulai dari sini - pamungkas.net |
Dan, mengapa ruang publik itu sangat penting?
Karena
setiap individu butuh sesuatu yang sulit saya jabarkan. Sama halnya dengan saya
butuh referensi sejarah. Saya butuh tempat ibadah yang aman dan nyaman. Saya butuh
arena olahraga sambil berinteraksi sosial. Saya butuh tempat dengan dihiasi
bunga-bunga. Saya butuh warung kopi berfasilitas internet gratis untuk
menyelesaikan dan memposting artikel ini.
Ruang publik dibutuhkan sebagai gaya hidup sehat. Sebagai gaya hidup di era teknologi tinggi. Sebagai gaya hidup yang entah apapun itu.
Ruang
publik diperlukan karena tidak selamanya yang kaku itu enak dilakoni. Ruang
publik tidaklah teramat kaku karena atmosfer yang dihadirkan akan berbeda. Saat
olahraga di Lapangan Blang Padang di minggu pagi, mana tahu akan bertemu dengan
orang Korea. Saat bersantai di teras Museum Tsunami, bisa saja bertemu dengan
orang Belanda. Saat mengelilingi taman di Hutan Kota, siapa tahu ketemu dengan orang
Sunda. Saat keluar dari Masjid Raya Baiturraman, mungkin saja orang Arab minta selfie
dengannya. Saat menaiki tangga di Kapal Apung, bisa saja bersalaman dengan nahkoda
kapal persiar dari Amerika. Saat duduk santai di warung kopi, tahu-tahu dapat email
dengan isi sebuah tulisan akan dimuat media massa nasional.
Tiada
yang tahu. Ruang publik tetap berada pada komposisi sebenarnya. Sekecil apapun
ruang publik di sebuah kota, pastilah mempunyai manfaat di suatu masa. Percaya
atau tidak, saya telah merasakannya.
Referensi:
Edy
Darmawan. 2007. Peranan Ruang Publik dalam Perancangan Kota.
Dokumentasi. Diponegoro University Press, Semarang. (Online, akses 27
September 2015).
Rony
Gunawan Sunaryo, dkk. Posisi Ruang Publik dalam Transformasi Konsepsi Urbanitas
Kota Indonesia. Jurnal. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. (Online,
akses 27 September 2015).
James
Siahaan, Ruang Publik: Antara Harapan dan Kenyataan. Jurnal. (Online,
akses 27 September 2015).
Museum
Tsunami Aceh - https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Tsunami_Aceh
Masjid Raya Baiturrahman - https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Raya_Baiturrahman
Dakota RI-001 Seulawah - https://id.wikipedia.org/wiki/Dakota_RI-001_Seulawah
Kapal Apung (PLTD Apung) - http://www.hikayatbanda.com/2015/09/museum-kapal-ptld-apung-i-destinasi.html
5 komentar
di kota saya juga ada ruang publik, alun" paling bagus se-Indonesia, satu"nya alun" yg ada freswel.nya hehehehehe
wah bagus2 semuanya, jadi pingin ke aceh
Glad to be able to visit your website, a good article.
Pengobatan Herbal Asma Untuk Anak
Semoga dapat digunakan maksimal ya Mas :)
Ayo Mbak Tira ditunggu ya :)